Hai…lama tidak menulis lagi. Saya ingin mencoba menceritakan pengalaman ekspo panggilan oleh seminaris kelas 3 kemarin waktu mereka di Semitau.
Setelah mengantarkan teman-teman yang ekspo di Sejiram, kami langsung ke Semitau. Sesampainya di Semitau, di pastoran, kami disambut dengan hangat oleh Pst. Barces CP sebagai pastor paroki. Kami cukup lama ngobrol dengan beliau. Setelah sepakat, kami semua tidur di pastoran. Kami mengambil waktu istirahat karena sore harinya masih ada novena di gereja. Kami berempat mengikuti novena bersama umat di Semitau.
Malam harinya tidak ada kegiatan ekspo dengan remaja Semitau, karena ternyata anak-anak sekolah banyak yang pulang kampung. Musim gawai Dayak ternyata di daerah Kapuas Hulu.
Besoknya, hari Minggu, kami bersama-sama umat mengikuti Misa. Dalam perayaan, teman kami, Amos, mendapat tugas bacaan pertama. Pada waktu komuni, kami bersama-sama menyanyikan lagu ‘Persembahan Hidup’.
Pada akhir Misa, kami diberi kesempatan untuk memperkenalkan Seminari kepada umat, sekalian sharing panggilan dan mengajak remaja-remaja Semitau yang berminat untuk masuk seminari.
“ Masa untuk Tuhan diberikan yang jelek-jelek ?” Demikian kata Santo waktu membagikan pengalaman panggilan kepada umat di Semitau. Umat tampak begitu terkesan dengan kami yang berada di depan mereka. Di akhir pembicaraan kami, umat ada yang meminta kami menyanyikan kembali lagu ‘Persembahan Hidup’. Kami menyanyikan kembali lagu itu, khusus untuk umat di Semitau
Di luar gereja, kami banyak mendapat sambutan dari umat. Dukungan, doa, salam hangat dari umat, sungguh memberikan motivasi dan semangat bagi kami untuk tetap maju.
Sepulang dari gereja, kami tidak langsung pulang ke pastoran. Kami berkunjung ke rumah teman kami, Ella, yang kebetulan tinggalnya tidak jauh dari gereja. Di situlah beberapa dari kami baru merasakan enaknya kerupuk basah (makanan khas Kapuas Hulu). Setelah makan siang, kami menjemput teman-teman kami yang ada di Sejiram, karena mereka juga ingin melihat Semitau. Dalam perjalanan ke Semitau, kami singgah di kampung Kenerak, tempat teman kami, Ursula. Dari situ, kami jalan lagi ke Semitau yang paling ujung, ke tempat Pak Utis, tempat di mana teman kami, Simon, yang pada waktu dia SMP, tinggal di sana.
Hari sudah mulai gelap. Kami harus siap-siap untuk pulang lagi ke Sintang. Akhirnya, dari Semitau kami berangkat jam 7 malam. Sampai Sejiram, kami istirahat sebentar. Kemudian berangkat lagi jam 9 menuju Sintang. Tiba di Sintang jam setengah 1 dini hari. Lelah sekali rasanya. Tapi sungguh menjadi pengalaman yang berharga buat kami.
0 comments:
Post a Comment