Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Saturday, January 31, 2009

YOHANES MARIA VIANNEY

Yohanes Maria Vianney dilahirkan di Lyons, Perancis pada tahun 1786. Ketika masih kanak-kanak, ia menggembalakan domba ayahnya. Ia suka berdoa tetapi juga suka bermain. Ketika Yohanes berumur delapanbelas tahun, ia minta ijin kepada ayahnya untuk menjadi seorang imam. Ayahnya berkeberatan karena tenaganya dibutuhkan untuk mengerjakan pertanian keluarga. Dua tahun kemudian ayahnya memberikan ijin. Pada usia duapuluh tahun, Yohanes belajar di bawah bimbingan Pastor Balley. Pastor Balley seorang imam yang amat sabar, tetapi belajar bahasa Latin merupakan kendala besar bagi Yohanes. Ia menjadi patah semangat. Pada saat itulah ia memutuskan untuk berjalan sejauh 60 mil (±97 km) menuju kapel St. Yohanes Fransiskus Regis, seorang kudus yang populer di Perancis. Yohanes memohon bantuan doa St. Yohanes Regis. Setelah ziarah itu, ia tetap saja mempunyai masalah dalam hal belajar sama seperti sebelumnya. Bedanya ialah ia tidak lagi pernah merasa patah semangat.

Pada akhirnya Yohanes berhasil juga masuk seminari. Belajar merupakan hal yang sulit baginya. Tidak peduli betapa giat ia berusaha, ia tidak pernah berhasil dengan baik. Ketika ujian akhir tiba, ujian dilaksanakan secara lisan, dan bukan secara tertulis. Yohanes harus menghadapi suatu dewan guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Yohanes begitu sedih hingga ia menangis saat ujian tengah berlangsung. Namun, karena Yohanes seorang yang kudus, ia sepenuhnya dapat berpikir praktis sesuai pengalaman hidupnya dan ia mengerti apa yang diajarkan Gereja dalam masalah yang diujikan kepadanya. Ia tahu jawaban yang benar pada saat ditanyakan kepadanya apa yang harus dilakukan dalam perkara ini atau itu. Hanya saja ia tidak dapat mengatakan jawabannya itu dengan gaya bahasa sesuai dengan buku pedoman berbahasa Latin yang rumit. Akhirnya Yohanes ditahbiskan juga. Ia mengerti apa itu panggilan imamat dan kebaikan hatinya tak dapat diragukan lagi.

Yohanes diutus ke sebuah gereja kecil yang disebut Ars. Pastor Vianney berpuasa dan melakukan silih yang berat demi umatnya. Ia berusaha keras agar mereka berhenti berbuat dosa. Mereka mabuk-mabukan, bekerja sepanjang hari pada hari Minggu, dan tidak pernah pergi ke gereja. Sebagian besar dari mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas. Pada akhirnya, kedai-kedai minum mulai tutup satu demi satu karena usaha mereka menurun. Orang mulai berdoa secara rutin setiap hari Minggu dan ambil bagian dalam Misa harian. Sumpah serapah tidak lagi sering diucapkan. Apa yang telah terjadi di Ars? “Pastor kita adalah seorang kudus,” kata mereka, “dan kita wajib taat kepadanya.”

Tuhan memberi Yohanes karunia untuk membaca pikiran orang serta mengetahui masa depan. Karena karunia tersebut, ia mempertobatkan banyak pendosa dan membantu umat menentukan keputusan-keputusan yang tepat. Orang banyak mulai berdatangan ke Ars. Kadang-kadang, ratusan orang dalam satu hari. St. Yohanes Vianney menggunakan dua belas hingga enam belas jam sehari untuk mendengarkan pengakuan mereka. Yohanes amat berharap dapat menghabiskan sisa hidupnya di sebuah biara. Yang terjadi malahan, ia tinggal selama empat puluh dua tahun di Ars dan wafat di sana pada tahun 1859 pada usia tujuh puluh tiga tahun. St. Yohanes Vianney dinyatakan kudus pada tahun 1925 oleh Paus Pius XI.

“Doa pribadi bagaikan jerami yang tercecer di sana sini; jika kamu membakarnya, akan menghasilkan tebaran api kecil-kecil. Tetapi, kumpulkan jerami-jerami itu menjadi satu berkas dan bakarlah, maka kamu akan mendapatkan suatu nyala api yang besar, berkobar bagaikan pancang ke angkasa; doa bersama seperti itu.” ~ St. Yohanes Maria Vianney

Dikutip dari : http://yesaya.indocell.net/
Readmore

TAMPANG-TAMPANG SEMINARIS

ANGKATAN 2008 -2009
(Berdiri : Nias, Theo, Riffi, Hermanto B, Hermanto T,Turi, Fidelis, Edu, Anton, Samuel, Yogi, Andrianus, Vikal Duduk : Jimmy, Aryan, Vinsesnius, Hardiman, Varselley, Narong, Enem, Kolek, Candra, Uga)

ANGKATAN 2007 - 2008
(Berdiri : Due, Leo, Jamil, Timo, Beno, Kasmiran, Welly, Agross, Agung, Awan, Agus,
Duduk : Trio, Christian, Tino, Didi, Soleman, Juhardi)

ANGKATAN 2006 - 2007
(Berdiri : Ferry, Santo, Irwandi, Amos
Duduk : Habel, Okta, Jelai, Marwan, Simon)
Readmore

VISI DAN MISI SEMINARI YOMAVI


VISI: Terbentuknya Calon Imam Yang Santun, Sehat, Bijak, Dan Religius (Sanctitas, Sanitas, Scientia, Sanctus)
MISI: Wahana bagi Gereja untuk membentuk dan membina calon imam yang berwawasan global dengan mengedepankan nilai – nilai Injil dan kebudayaan lokal Kalimantan
TUJUAN
1. Terbentuknya karakteristik calon imam yang siap menempuh pendidikan calon imam lebih lanjut
2. Terbentuknya calon pemimpin umat di lingkungan hidup masing – masing seminaris
3. Wahana pembentukan dan pengembangan kepribadian kaum remaja Gereja, terutama yang terpanggil menjadi imam
Readmore

SEJARAH SEMINARI YOMAVI

Salah satunya tanda Gereja yang hidup adalah tumbuh suburnya benih panggilan untuk menjadi tenaga inti gerejani. Setelah lebih dari satu abad iman Katolik diterima dalam wilayah Keuskupan Sintang, Keuskupan memandang penting adanya lembaga pendidikan dan pembinaan bagi para calon tenaga inti Gerejaninya. Setelah melalui banyak musyawarah, akhirnya Keuskupan Sintang memutuskan untuk memiliki Seminari Menengah sendiri. Demikianlah, Seminari Menengah Kesukupan Sintang (sebagai lembaga pendidikan bagi para calon imam, frater, dan bruder) secara resmi berdiri pada 15 Juli 1994, berlokasi di Kompleks Asrama Bina Remaja Menyurai, Sintang.
Mengapa Santo Yohanes Maria Vianney Dipilih sebagai pelindung seminari Keskupan Sintang? Membaca riwayat hidupnya, St. Yohanes Maria Vianney (1786 – 1859) terasa amat cocok dijadikan pelindung bagi seminari ini.
a. Tanggal dan hari peringatannya dalam kalender Liturgi Gereja setiap tanggal 04 Agustus, dengan mudah mengingatkan kita akan tonggak berdirinya Seminari Menengah Keuskupan Sintang ini.
b. Yohanes Maria Vianney lahir dari keluarga desa miskin, sederhana, terbiasa dengan kerja keras, tapi juga terdidik untuk tekun dalam doa dan hidup saleh/taat beragama. Kerja keras, ketekunan, hidup doa, dan hidup rohani yang baik telah terbukti menjadi modal besar untuk melewati masa-masa sulit selama pendidikannya di seminari. (ia amat lamban dalam studi, selalu mengulang setiap ujian). Latar belakang ini cocok dengan latar belakang Seminaris kita
c. Sesudah ditahbiskan, ia dianggap tidak layak menjadi Pastor Paroki Kota, oleh karena itu ia menerima dengan tulus penugasan Uskupnya di paroki terpencil (pedalaman), terbelakang, tidak terurus, paroki yang umatnya tidak seberapa tingkat pendidikannya. Sadar akan kemampuannya yang tidak seberapa, dibandingkan dengan beratnya medan/tugas penggembalaan umatnya, Yohanes M.V tidak henti-hentinya mempersembahkan karya dan pelayanannya pada Tuhan. Setahap demi setahap ia berhasil membenahi parokinya. Berkat pengajaran dan kotbah-kotbahnya, iman umat dibangkitkan. Banyak orang dihantar pada pertobatan dan penghayatan iman yang besar. Itu semua dimungkinkan oleh keluhuran budi dan kesalehan hidupnya yang diperkuat oleh rahmat Allah. Ia yang semula diremehkan, dipandang sebelah mata, kemudian dikagumi dan dicintai umatnya. Paroki Ars yang sepi dan terpencil menjadi ramai dikunjungi umat yang ingin ikut misa, mendengarkan kotbah-kotbah, dan mengaku dosa. Pribadi inilah yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam diri seminaris kita Readmore